Self-Love: Bagaimana Cara Mencintai Diri Sendiri?
Ada masa ketika menerima diri terasa begitu sulit. Melihat kekurangan diri sendiri seperti sebuah cela yang ingin disembunyikan. Kelebihan pun kadang terasa tidak cukup, karena selalu ada bayang-bayang perbandingan dengan orang lain. Pada titik tertentu, muncul pertanyaan mendalam: apakah diri ini benar-benar layak untuk dicintai? Apakah mencintai diri sendiri adalah tanda kesombongan?
Namun, dalam perjalanan itu, perlahan mulai disadari bahwa mencintai diri bukanlah soal merasa paling hebat atau mencari pengakuan dari orang lain. Self love bukan egois dan narsisis. Mencintai diri adalah tentang menerima diri apa adanya — kelebihan maupun kekurangan — karena menyadari bahwa semua itu adalah bagian dari ketetapan Allah yang penuh hikmah. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, dan setiap keunikan dalam diri adalah bagian dari rancangan-Nya yang tidak pernah salah.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin: 4)
Menerima diri adalah bentuk syukur atas nikmat penciptaan. Kelebihan bukan untuk dibanggakan, dan kekurangan bukan untuk diratapi — karena keduanya adalah bagian dari ujian kehidupan. Ketika bisa menerima diri sendiri dengan tulus, maka hati mulai merasakan ketenangan. Tidak ada lagi kebutuhan untuk mencari validasi dari orang lain, karena kebahagiaan sejati tidak datang dari pengakuan manusia, tetapi dari rasa cukup dengan apa yang telah Allah tetapkan.
Self-love dalam Islam bukan tentang memanjakan diri atau mengejar kesenangan sesaat. Bukan tentang membenarkan kebiasaan buruk dengan dalih "ini diriku, terima apa adanya." Justru, mencintai diri yang benar adalah dengan menjaga tubuh, jiwa, dan pikiran sesuai dengan tuntunan Allah. Makan makanan yang halal dan sehat, menjaga kesehatan tubuh, dan beristirahat dengan cukup adalah bentuk penghargaan atas tubuh yang telah diamanahkan Allah. Menjaga hati dari iri, dengki, dan kebencian adalah cara merawat kesehatan batin. Menjauhkan diri dari pergaulan dan kebiasaan yang merusak adalah wujud cinta pada diri yang sejati.
"Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atas dirimu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencintai diri sendiri berarti menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan ruhani. Menjaga tubuh dengan hidup sehat, sekaligus menjaga hati dengan memperbanyak dzikir dan ibadah. Mencintai diri adalah tidak membiarkan diri terjebak dalam lingkaran toxic relationship, tidak memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain dengan mengorbankan ketenangan batin.
Pada akhirnya, self-love yang sejati adalah tentang menerima diri sebagai makhluk Allah yang tidak sempurna, tetapi tetap dicintai-Nya. Memaafkan diri sendiri atas kegagalan; menerima bahwa semua manusia punya sisi gelap (shadow) dalam hidup dan itu ngga apa-apa. Rasa cukup dan ketenangan datang bukan karena pujian manusia, tetapi karena menyadari bahwa satu-satunya sandaran sejati adalah Allah. Ketika sudah mampu menerima diri dan bersandar kepada-Nya, maka ketenangan batin akan hadir dengan sendirinya. Karena cinta sejati bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Komentar
Posting Komentar