Air Laut di Dalam Kapal: Menjaga Batas dalam Ikatan Sakral
Beberapa waktu lalu, dalam percakapan yang tak sengaja terjadi antara dua orang yang sama-sama lelah menjalani hidup rumah tangga, terucap sebuah kalimat yang tak mudah dilupakan: “Semuanya baik-baik saja... sampai hal-hal dari luar mulai masuk terlalu dalam.” Tak ada kemarahan dalam kalimat itu. Hanya suara datar yang penuh jeda. Tapi aku paham betul apa yang sedang dimaksud. Pernikahan mereka tak retak karena pertengkaran besar atau kesalahan fatal. Tapi karena ada sesuatu dari luar yang dibiarkan terlalu lama berada di dalam. Aku jadi teringat satu filosofi lama: Air laut sebanyak apapun takkan menenggelamkan kapal, kecuali jika ia masuk ke dalamnya. Dalam konteks pernikahan, air laut adalah segala hal yang datang dari luar: tekanan keluarga besar, tuntutan sosial, campur tangan yang berlebihan, luka masa lalu, atau ekspektasi yang tidak pernah dibicarakan. Sementara kapal adalah rumah tangga itu sendiri. Ruang yang seharusnya aman, tertutup, dan saling menjaga. Masalah da...