Ketika Gus Nur dari Blitar Membisikkan: 'Bahagialah…'"
Aku masih ingat wajah Gus Nur dari Blitar saat itu. Matanya teduh tapi tajam, seolah bisa menembus pikiran. Ketika dia bertanya, "Apa tujuan hidupmu?" aku menjawab dengan yakin: "Beribadah, mencari ridha Allah." Dia tidak mengangguk, tapi juga tidak menggeleng. Hanya tersenyum kecil, lalu berkata pelan, "Tujuan hidup yang indah itu bahagia." Bahagia vs. Kebaikan Jawabannya membuatku berpikir. Aku tidak sepenuhnya setuju. Bukankah dunia ini medan ujian? Ada saat Allah memberi kesenangan, ada kalanya kesedihan. Bahagia terasa seperti tujuan yang terlalu manusiawi, terlalu tergantung pada perasaan sesaat. Tapi Gus Nur bukan sembarang orang. Aku mencoba meresapi ucapannya, mengulang-ulang dalam hati. Hingga suatu malam, teringatlah doa yang sering kubaca: "Robbana ātinā fid-dunyā hasanah, wa fil-ākhirati hasanah, wa qinā 'adzāban-nār." Hasanah: Kebaikan yang Lebih Dalam Doa itu tidak meminta kebahagiaan, tapi hasanah —kebaikan. Dan kebaikan vers...