Postingan

Menampilkan postingan dengan label npd

Membunuh Tuhan: Ketika Luka Jadi Agama Baru

Gambar
Aku pernah mengenal seorang perempuan yang katanya pernah begitu mencintai Tuhan. Dahulu ia seorang Muslim, lalu berpindah keyakinan, dan pada akhirnya memilih untuk tidak percaya lagi. Bukan karena filsafat. Bukan karena ilmu. Tapi karena luka: “Kalau Tuhan itu ada, kenapa aku dibuang oleh orang tuaku? Kenapa aku diperkosa? Kenapa anak sulungku mati? Kenapa aku dikhianati orang yang kupercaya? Kenapa aku ditinggalkan sendiri oleh mereka yang kucintai? Kenapa hidupku hancur begitu saja?” Pertanyaan-pertanyaan itu tidak lahir dari hati yang congkak. Justru sebaliknya, lahir dari jiwa yang remuk; penuh amarah yang tak pernah sempat tertumpahkan, dan kecewa yang terlalu lama dipendam. Dia bukan orang jahat. Dia cerdas, memesona, bahkan menyebut dirinya seorang coach penyintas trauma. Tapi di balik semua gelar, semua konten, dan parade cerita masa lalunya, aku melihat kekosongan yang begitu sunyi. Seolah semua pencapaian itu adalah caranya berteriak, tanpa suara: “Aku masih ada. Aku mas...

Saat Terjebak dalam Hubungan yang Melemahkan

Gambar
  Dalam hidup ini, ada jiwa-jiwa lembut yang berusaha mempertahankan hubungan meskipun hatinya lelah dan dirinya terus diremehkan. Dia menahan perih demi cinta, menunda luka demi menjaga ikatan. Namun, Islam mengajarkan bahwa hidup harus diisi dengan nilai kebenaran, bukan semata bertahan dalam kezaliman. QS Al-An’am 132-135 memberi bimbingan mendalam tentang bagaimana menghadapi keadaan seperti ini dengan bijak dan berani. Allah berfirman: Dan bagi masing-masing derajat-derajat (balasan) menurut apa yang telah mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Al-An’am 132) Setiap amal baik, sekecil apa pun, tidak pernah sia-sia. Meski kebaikanmu diremehkan, atau kelembutanmu tidak diakui oleh mereka yang dekat denganmu, Allah Maha Melihat. Segala doa, kesabaran, dan perjuanganmu menahan diri dari kata-kata buruk akan menjadi derajat di sisi-Nya. Kau tidak hidup untuk menumpuk pujian manusia, tetapi untuk memperoleh cinta dan ridha-Nya. Allah melanju...

Siklus Shame-Pride: Ketika Kebanggaan Menjadi Jerat

Gambar
Setiap orang tua pasti ingin anaknya menjadi kebanggaan. Namun, tanpa disadari, keinginan tulus ini bisa berubah menjadi bumerang ketika anak dijadikan "penyambung ego" untuk memuaskan kebutuhan psikologis orang tua. Kisah-kisah seperti ini sering kita temui—seorang anak perempuan yang dibesarkan sebagai "anak emas" oleh ibu dengan kepribadian narsisistik (NPD), misalnya. Di satu sisi, ia dipuja saat berprestasi; di sisi lain, dihujani kekecewaan saat gagal memenuhi harapan. Tanpa disadari, anak ini terjebak dalam siklus destruktif:  shame (rasa malu) → pride (rasa bangga) → shame , sebuah lingkaran setan yang dijelaskan dengan gamblang oleh David Hawkins dalam peta kesadarannya. Akar Masalah: Shame yang Tak Teratasi Menurut Hawkins,  shame  (level 20) adalah energi kesadaran terendah—rasa tidak berharga yang membuat seseorang ingin menghilang. Pada anak yang dibesarkan dengan pola asuh narsisistik, shame ini muncul ketika ia gagal memenuhi ekspektasi orang tua. ...

Dark Triad: Menjelajahi Sisi Gelap Manusia

Gambar
Ada semacam daya tarik yang aneh ketika kita membicarakan sisi gelap manusia. Mungkin karena, di suatu tempat yang tersembunyi, kita semua pernah merasakan bisikan-bisikannya. Keinginan untuk memanipulasi, hasrat untuk dipuja, atau bahkan ketidakpedulian yang tiba-tiba terhadap penderitaan orang lain. Dark Triad bukan sekadar teori psikologi; ia adalah cermin retak yang kadang-kadang memantulkan bayangan kita sendiri. Tiga Wajah Kegelapan itu adalah: Dark 1 - Machiavellianisme: Seni Bertahan dengan Licik Bayangkan seorang pemain catur yang melihat manusia sebagai bidak. Machiavellianisme adalah keyakinan bahwa tujuan menghalalkan segala cara. Orang-orang seperti ini tidak jahat dalam arti konvensional. Mereka hanya pragmatis. Mereka tersenyum, berjabat tangan, dan perlahan-lahan menggerakkan Anda ke posisi yang menguntungkan mereka. Yang menarik, kita semua pernah melakukannya dalam kadar kecil: melebih-lebihkan cerita untuk simpati, memutarbalikkan fakta demi kesan yang lebih baik. Be...

Hati-hati dalam Berteman: Mengenal Teman Manipulatif dan Cara Menghadapinya dengan Bijak

Gambar
Pernahkah kamu memiliki teman yang kelihatannya sangat baik, tapi ternyata sering membuatmu merasa tidak nyaman? Teman seperti ini mungkin memiliki sifat narsistik. Apa itu Sifat Narsistik? Sifat narsistik muncul ketika seseorang merasa dirinya paling penting, paling hebat, dan ingin selalu diperhatikan. Biasanya, mereka kurang peduli terhadap perasaan orang lain dan bisa memanfaatkan orang-orang di sekitarnya. Bagaimana Mengenali Teman yang Manipulatif? Berikut ciri-ciri teman yang manipulatif: Sering memuji dirinya sendiri. Selalu ingin jadi pusat perhatian. Tidak menghargai pendapat orang lain. Mudah menyalahkan orang lain. Bisa berpura-pura baik atau bahkan berbohong demi mendapatkan sesuatu. Teknik yang Sering Digunakan Teman Manipulatif: Berpura-pura Baik: Dia bersikap baik agar kamu mau menuruti kemauannya. Suka Menyalahkan: Selalu membuat orang lain merasa bersalah, walau bukan kesalahannya. Membuat Kamu Merasa Kasihan: Berakting sedih agar kamu merasa kasihan dan menuruti...