Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Mencari Jalan Tenang di Tengah Islamophobia dan Krisis Ekonomi

Gambar
Saya sering merenung, mengapa Islamophobia di negeri mayoritas Muslim justru terasa begitu kuat. Barangkali karena stereotype yang terus dipelihara: Islam identik dengan Arab, radikal, bahkan teroris. Media kerap mengulang-ulang narasi itu. Ditambah pengalaman publik dengan ormas yang kasar, stigma pun makin melekat. Sementara, pendidikan politik Islam nyaris tak menyentuh akar. Di ruang kosong itulah elite sekuler mudah menanamkan narasi anti-Islam. Di saat yang sama, ekonomi makin menghimpit. Saya melihat banyak orang hidup dalam mode bertahan: yang penting bisa makan hari ini. Dalam kondisi begitu, ideologi sering tak punya ruang. Orang lebih takut kehilangan pekerjaan ketimbang kehilangan prinsip. Tak heran, pragmatisme dan rasa saling menyalahkan tumbuh subur. Dari perenungan itu, saya belajar satu hal: jangan frontal, jangan tergesa. Lebih baik bicara dengan bahasa yang menentramkan. Jangan sebut “khilafah” atau istilah-istilah yang sudah penuh stigma. Bicara saja tentang keadi...