Triangle of Love: aku, kamu dan Dia
Aku teringat akan sebuah kebenaran sederhana yang dulu sering kupahami secara teori, namun kini terasa begitu nyata dalam denyut nadi hubungan yang sakral ini. Bahwa cinta ini bukanlah sekadar dua hati yang saling berpapasan, melainkan dua jiwa yang sedang dalam perjalanan pulang.
Dulu, kukira semakin kita fokus satu sama lain, semakin kuat ikatan kita. Tapi pengalaman ini memberiku pelajaran yang lebih dalam. Justru saat kita sama-sama menengadah ke atas, ke arah Sang Maha Cinta. Disanalah aku merasakan kehadiranmu paling dekat. Seperti dua anak sungai yang tanpa perlu berjanji, pasti bertemu di laut yang sama.
Aku masih menyimpan memori pilu saat salah satu dari kita, entah aku atau kamu, mulai kehilangan arah. Betapa perlahan tapi pasti, jarak itu mulai terasa. Bukan karena kurangnya perhatian, tapi karena kita lupa bahwa sebenarnya, kunci kedekatan kita terletak di tempat yang lebih tinggi dari semua harapan duniawi.
Kini aku mengerti. Setiap kali kakiku goyah, aku tak lagi hanya mencari tanganmu, tapi juga mengingat untuk mengangkat tanganku dalam doa. Karena di sanalah, dalam keheningan yang penuh makna, aku menyadari: kita tidak pernah benar-benar terpisah. Kita hanya terhalang ketika lupa mengarah ke sumber cahaya yang sama.
Pernah kubaca sebuah ayat, entah di mana, yang kurang lebih begini: 'Kalau kau sungguh-sungguh berusaha jadi baik, dunia akan membantumu dengan cara-cara tak terduga.'
Aku tak pernah benar-benar paham maksudnya, sampai suatu hari kusadari: saat aku berhenti memaksakan kehendak, berhenti mengukur cinta dengan rumus matematis, justru di situlah semua mulai jatuh pada tempatnya. Termasuk kamu!
Rupanya, dengan merelakan ego dan belajar ikhlas, aku tak cuma menemukan kedamaian. Tapi juga versi 'kita' yang selama ini kucari-cari. Mungkin inilah jalan keluar yang tak pernah kuduga: bahwa dengan mencari-Nya, aku justru menemukan versi terbaik dari kita.
Bahwa cinta terbaik tumbuh dari tanah yang sama— tanah yang kita pupuk dengan kejujuran, bukan kepura-puraan.
~ Sebuah catatan untuk kita yang masih dalam perjalanan ~
Komentar
Posting Komentar