Menyiapkan Generasi Tangguh: Catatan Perjalanan Mendidik Anak

Dalam suatu percakapan dengan ibunya anak-anak, berbicara tentang tumbuh kembang anak-anak kami. Kami sepakat bahwa pendidikan anak bukan hanya soal menjejalkan ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana membentuk karakter dan moral yang kuat. Kami pun merumuskan pendekatan yang kami yakini dapat membantu anak-anak kami tumbuh menjadi pribadi yang baik dan mandiri.

Setiap kali mereka mencapai "persimpangan penting" dalam hidup, kami berusaha memilihkan lingkungan yang terbaik untuk mereka. Tentu saja, kami memahami bahwa ini mungkin bukanlah metode yang sempurna.

Model 3-7 Ali bin Abi Thalib

Poin pertama yang kami sepakati adalah model pendidikan yang diilhami dari nasihat Ali bin Abi Thalib, yaitu pendekatan 3-7 tahun. Pada tujuh tahun pertama, anak diperlakukan seperti seorang raja—diberikan kasih sayang dan perhatian penuh. Tujuh tahun berikutnya, mereka diarahkan dengan kelembutan namun tetap tegas, layaknya seorang tawanan. Ini adalah masa di mana mereka mulai diajarkan disiplin, tanggung jawab, dan nilai-nilai moral. Pendekatan ini kami rasa sangat penting untuk membangun fondasi karakter yang kuat dalam diri anak-anak kami.

Homeschool sebagai pilihan sadar

Kami juga sepakat untuk menerapkan homeschooling saat anak-anak masih dalam usia dini. Belajar di rumah memberikan kami kesempatan untuk lebih dekat dengan mereka, menciptakan lingkungan yang hangat dan penuh cinta. Sambil bermain, kami mengajarkan kebersamaan dan kekeluargaan, nilai-nilai yang menurut kami sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Kami percaya bahwa rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak, dan Ibu adalah guru istimewa pertama bagi mereka. Dimana mereka belajar tidak hanya dari buku, tetapi juga dari interaksi sehari-hari dengan keluarga.

Kenapa Mondok

Ketika anak-anak memasuki usia baligh, sekitar usia SMP, kami merasa inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan mereka pada dunia luar yang lebih luas. Kami memutuskan untuk menyekolahkan mereka di pondok pesantren, yaitu Muhammadiyah Boarding School (MBS) Piyungan Yogyakarta. 

Ini adalah tahap di mana kami menerapkan metode tujuh tahun ketiga. Pada tahap ini, kami mulai memperlakukan mereka sebagai sahabat, seseorang yang siap menjadi manusia dewasa dan bebas. Di sini, mereka belajar untuk hidup mandiri, jauh dari pengawasan langsung orang tua. Mereka mencuci baju sendiri, mengatasi konflik dengan teman, dan mengelola emosi mereka. Ini adalah masa di mana mereka benar-benar belajar tentang tanggung jawab dan kemandirian yang berbeda dari saat mereka belajar di rumah.

Di pondok pesantren, anak-anak juga diperkenalkan pada nilai-nilai moral dan adab melalui berbagai kegiatan, seperti pencak silat Tapak Suci dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Kami berharap dengan kombinasi pendidikan di rumah dan di pondok pesantren ini, anak-anak kami akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan berakhlak mulia, siap menghadapi dunia dengan percaya diri dan kebijaksanaan.

Anak adalah Amanah

Perjalanan ini tentu tidak selalu mudah, namun kami percaya bahwa dengan pendekatan ini, kami mampu memberikan bekal terbaik untuk masa depan anak-anak kami. Kami berharap mereka bisa menghadapi setiap tantangan hidup dengan percaya diri dan kebaikan hati. Anak-anak adalah amanah yang berharga, sebuah investasi yang melampaui batas usia kita. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unfinished Croissant

Numerologi: Memahami Hikmah Dibalik Angka 17.07

Filosofi Raja Jawa: Ngalah, Ngalih, Ngamuk